ruang sekretariat.

tulisan mantra
3 min readDec 12, 2022

--

“Nanti anak UKM sebelah mau pinjem geber kita, lu yang kasihin aja ya, gue mau ada perlu soalnya.”

Gadis yang tengah menyusun laporan pertanggungjawaban acara pentas kemarin lantas menoleh dengan alis menyirit, “Geber? UKM apa?”

“UKM musik, 30 menit lagi sih katanya ke sini. Gebernya ada di atas lemari, tolong ya.”

“Tapi gue gak nyamp — “

Belum juga ia melanjutkan protesnya, yang memandatkan amanah malah langsung berlari keluar sekretariat tanpa merasa berdosa. Lantas, gadis tersebut menatap ke arah geber hitam yang tersusun rapih di atas almari tinggi dan meggerutu sendiri, “Mana sekre lagi sepi, minta tolong siapa anjir?”

Cukup lama ia merenungi tinggi nya lemari itu dan memikirkan cara untuk mengambilnya sebelum yang meminjam datang, sampai akhirnya —

“Permisi.”

Sebuah suara yang terdengar seperti suara laki-laki disertai dengan tiga kali ketukan pintu pun terdengar. Lantas, membuat ia yang berada di dalam itu buru-buru bangkit dan membuka pintu ruangannya.

Benar saja, begitu gadis itu membuka pintu, ia langsung disuguhi pemandangan sosok laki-laki dengan kemeja hitam yang kerah serta lipatan lengannya bermotif batik coklat tengah berdiri sembari tersenyum. Senyumnya bukan melengkung seperti bulan, namun bentuknya seperti…

kotak? eh, atau, persegi panjang? entah lah.

Intinya tidak melengkung. batin sang gadis.

“Mau ngambil geber ya?” tanya gadis itu tanpa basa basi.

“Iya. ini Jelita, kan?” tanya cowok itu yang tentu saja membuat gadis itu menjadi sedikit bingung. Mereka baru bertemu hari ini, dan pria dihadapannya ini sudah tau namanya.

“Kamu kenal aku?” tanya nya dengan alis mengerut.

Dia tidak menjawab dengan suara, hanya tersenyum -yang saat ini menampilkan rentetan giginya, sembari menunjuk ke sebelah saku baju gadis itu dan membuat mata gadis itu ikut merujuk ke arah sana; ke saku da langsung tersadar jika ia hari ini sedang menggunakan PDH yang berarti sudah jelas bordir nama nya memang terpampang di sana.

“Oh…” gadis itu nampak terlihat mengusap tengkuk lehernya karena merasa malu. Namun, disisi lain ia juga lega karena setidaknya mereka memang tidak pernah berkenalan, bukan karena ia yang lupa.

“Oh iya, jadi gini, geber nya ada di atas lemari terus aku gak nyampe buat ngambil di atas situ, kamu gapapa gak kalo ambil sendiri?” ujar gadis itu sembari menunjuk letak geber.

“Bisa, ini gapapa masuk?” tanya nya.

“Gapapa.” ujar gadis itu sembari membuka pintu nya dengan lebar.

Setelahnya, pria yang berada dihadapannya itu masuk dengan melepas sepatunya, ia nampak terlihat agak menjinjit saat mengambil geber hitam itu, dan membuat gadis itu menahan tawa; bukan, bukan bermaksud mengejek, tapi ia hanya merasa lucu saja dengan bahasa tubuh pria yang ada dihadapannya.

“Maaf ya jadi kamu yang ngambil sendiri.” ucap sang gadis setelah ia berhasil menurunkan geber itu.

“Gapapa, kan aku yang minjem.”

“Oh iya bentar, aku catet dulu ya. Tunggu di sini.” pamit nya untuk mengambil buku agenda yang memang dibuat khusus mendata barang-barang yang keluar untuk dipakai.

“UKM musik ya?” tanya gadis itu sembari menulis.

“Iya.”

“Atas nama?”

“Abimana.”

“Peminjamannya dua hari ya?”

“Iya.”

“Oke, udah aku catat ya. Bisa langsung dibawa aja.” ujar gadis itu sembari menutup buku yang ia gunakan untuk mencatat dan menyunggingkan senyum ke arah sosok tersebut yang bernama Abimana.

“Oke. Thank you ya, Jel.” ujarnya sembari berjalan ke luar ruangan sembari menenteng geber tadi, namun, ketika gadis itu ingin menutup pintu pria itu langsung berbicara lagi,

“Oh iya Jel, omong-omong, boleh minta kontak kamu gak buat ngehubungin kalo mau ngembaliin geber?” tanya nya,

“ — kayanya lebih enak kalo ngembaliinnya juga ke kamu.” timpalnya.

Gadis itu nampak menimbang akan penawaran dari Abim, karena mau bagaimana pun ia merasa sungkan jika memberi kontak pribadi ke orang yang baru ia temui pertama kali.

“Jel?”

“Pake line mau gak?” tanya nya menawarkan.

Ada rasa penyesalan yang timbul karena seharusnya ia tidak menawarkan seperti itu dan langsung saja menjawab dengan; boleh, ini id line ku. Bukan malah menawari mau line mau atau tidak.

“Kalo whatsapp bisa gak? aku gak pake line kebetulan.”

Tuh kan!

Yaudah lah, udah terlanjur juga. Batinnya sembari merutuki diri.

“Boleh… tapi jangan disebar ya.” ujar gadis itu agak skeptis.

“Aman.” balas pria itu dengan tersenyum yang sekarang bisa ia bilang melengkung dan lebih terlihat cerah dibanding tadi.

©casuaalheart

--

--

tulisan mantra
tulisan mantra

No responses yet